Tren Negatif PPP Akibat dari Ketum Bermasalah, Jadi Ancaman di Pemilu 2024

Fajarpos.com

Alasan lainnya mendesak mundur karena nama Suharso sudah terseret di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Bahkan sejak dipimpin Menteri sekaligus Kepala Bappenas era pemerintah Joko Widodo itu, elektabilitas PPP tak kunjung mengalami kenaikan dan terkesan tidak perkembangan.

Dan konflik internal partai ini memang tak hanya sekali terjadi. Pada 2014 silam, PPP terpecah menjadi dua kubu, yakni satu kubu digawangi Suryadharma Ali (SDA) dan satunya lagi di bawah komando Romahurmuziy alias Romy.

Kedua kubu sama-sama gelar muktamar dan hasilnya Djan Faridz terpilih sebagai ketua versi muktamar SDA. Namun, Romy yang juga terpilih di Muktamar tandingan mengantongi surat keputusan dari Menteri Hukum dan HAM.

Pada Pilpres 2019 PPP juga terbelah menjadi dua kubu terkait dukungan pada Prabowo Subianto dan Jokowi. Tak hanya itu, dua Ketum PPP juga terbukti melakukan korupsi.

SDA ditangkap KPK pada 2016 lalu dengan kasus korupsi penyelenggaraan haji tahun 2012-2013. Sementara Romy ditangkap KPK terkait kasus jual beli jabatan di lingkungan Kementerian Agama.